TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Rusia memperingatkan Israel bahwa serangan militer terhadap Iran akan menjadi kesalahan fatal yang bisa menggiring dunia ke arah konflik panjang dengan korban rakyat sipil.
"Serangan militer adalah kesalahan serius dengan konsekuensi yang tak bisa diprediksi," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menanggapi pernyataan Presiden Israel Shimon Peres soal serangan militer terhadap Iran.
"Intervensi militer hanya akan menghasilkan korban jiwa dan penderitaan manusia," tambah Lavrov.
Masalah nuklir Iran, lanjut Lavrov, tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan kekuatan militer.
"Seharusnya ada cara lain untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran," tegas Lavrov.
Rusia di satu sisi meminta Iran untuk meningkatkan transparansi terkait program nuklirnya. Namun di sisi lain mencoba melindungi sekutunya itu dari sanksi internasional dan ancaman perang. Lavrov menambahkan salah satu contoh kampanye militer yang gagal adalah yang dilakukan NATO di Afghanistan.
"Penggunakan kekuatan militer hanya bisa dilakukan untuk mempertahankan diri dari serangan dan mendapatkan mandat Dewan Keamanan PBB," ujarnya dikutip BBC Indonesia. Senin (7/11/2011).
"Serangan militer adalah kesalahan serius dengan konsekuensi yang tak bisa diprediksi," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menanggapi pernyataan Presiden Israel Shimon Peres soal serangan militer terhadap Iran.
"Intervensi militer hanya akan menghasilkan korban jiwa dan penderitaan manusia," tambah Lavrov.
Masalah nuklir Iran, lanjut Lavrov, tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan kekuatan militer.
"Seharusnya ada cara lain untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran," tegas Lavrov.
Rusia di satu sisi meminta Iran untuk meningkatkan transparansi terkait program nuklirnya. Namun di sisi lain mencoba melindungi sekutunya itu dari sanksi internasional dan ancaman perang. Lavrov menambahkan salah satu contoh kampanye militer yang gagal adalah yang dilakukan NATO di Afghanistan.
"Penggunakan kekuatan militer hanya bisa dilakukan untuk mempertahankan diri dari serangan dan mendapatkan mandat Dewan Keamanan PBB," ujarnya dikutip BBC Indonesia. Senin (7/11/2011).